Menyoal hati memang tidak bisa dimengerti, Menyoal tanggung jawab memang perkara nurani
Masih akan bercerita mengenai magang. Pada hari ke-20 magang (bulan
Juli kemarin) saat kantor tidak terlalu ramai, saat pegawai sibuk dengan laptop
dan berkas masing-masing. Pagi sekitar pukul 09.30 ada seorang bapak mengenakan
baju batik warna hijau terlihat tengah menggeledah tas ranselnya. Bapak tadi
membokar isi tas didepan ruang tunggu saat saya hendak menju ke kamar mandi.
Saya dikamar mandi lumayan lama, karena ditempat tersebutlah saya bisa leluasa
main hape melepaskan segala jenuh juga jengah ketika berada didalam ruangan. 15
menit berlalu saya kembali ke ruangan saya dan mendapati bapak berbatik ijo
tadi tengah berada diruangan saya, persis disamping tempat duduk saya.
“nggeh bapak, coba saya lihat berkas-berkasnya pak” kata salah satu
pegawai yang hendak memeriksa dokumen yang hendak diajukan ke kantor pemerintah
provinsi.
“ouh iya pak sudah lengkap semua laporan pertanggung jawaban
pembangunan masjid diterima ya pak” kata pegawai tadi selepas memeriksa seluruh
berkas yang di sodorkan si empunya.
Bapak tadi tersenyum kemudian berujar “alhamdulillah kalau begitu
pak”
“iya pak kalau berkas laporan pertanggung jawaban tidak harus di
antar langsung kok pak, bisa dikirim melalaui pos ke kantor provinsi, apalagi
bapak kan jauh”
pegawai kantor menimpali si bapak dan saya dengan seksama
mendengarkan percakapan mereka sembari merekap data jama’ah haji Jawa Tengah
tahun 2019.
“iya pak, kemarin juga dari pengurus menyarankan untuk mengirim
saja semua berkas ini. tapi hati saya tidak tenang pak, saya diberi amanah
warga untuk menjadi ta’mir masjid. Ini bentuk tanggung jawab saya kepada warga.
Saya benar-benar harus menjalankan amanah ini, dan ini adalah bukti nyatanya
biar masyarakat saya juga tenang. Mereka percaya saya sudah menyampaikan ini ke
pihak terkait” jawaban bapak membuat
saya tercengang.
Bagaimana tidak bapak yang merupakan sarjana kampung yang
berprofesi sebagai guru disalah satu madrasah yang terletak di perbatasan Jawa
Barat dan Jawa Tengah ini begitu tulus dan ikhlas dalam mengemban amanah. Bapak
ini melanjutkan ceritanya bahwa ia berangkat dari rumah selepas shubuh kemudian
sampai di semarang pukul 08.00 WIB untuk selanjutnya istirahat sebentar di
masjid dekat terminal Semarang dan melanjutkan perjalanan ke kantor Pemprov
menggunakan ojek.
Saya ingin menyampaikan melalui tulisan yang tidak jelas
juntrungnya ini bahwa memang tanggung jawab itu perkara nurani. Tanggung jawab
menyoal afeksi moral individu terhadap lingkungannya. Tanggung jawab berbicara banyak
hal. Mulai dari kepatuhan, kesabaran, keuletan, dan kebesaran jiwa si pemangku
tanggung jawab terkait dengan amanah yang diberikan.
Satu tahun yang lalu saya juga mendapatkan amanah kelas mahasiswa
untuk menjadi roda penggerak salah satu bidang dalam sebuah organisasi. Awalnya
saya merasa tertekan, tersepelakan,tersudutkan dan lain banyak hal. Sampai pada
satu titik saya merasa kalau apa yang diberikan kepada saya tidak adil. Kenapa saya
harus bertanggung jawab lebih ? kenapa semua harus dibebankan kepada saya ?
saya menganggap semua itu beban.
Hingga pada satu keadaan saya tersadar. Bahwa hari-hari sebelumnya
saya telah mengalami banyak hal. Telah melaksanakan berbagai tanggung jawab yang
telah terlampau dengan tepat (entah bagaimana pandangan orang baik buruknya). Buku-buku
yang saya baca, pengalaman yang saya lalui, cerita teman, kerabat dan senior serta
pengamatan saya mendapatkan satu kesimpulan bahwa : saya bertanggung jawab
terhadap apa yang menjadi tugas saya.
Kenapa saya kepikiran terus terhadap apa-apa yang diberikan kepada
saya, kenapa saya harus bergerak terlebih dahulu sebelum yang lainnya, kenapa
saya ingin menyajikan yang terbaik, kenapa harus saya dan kenapa saya mesti
melakukan itu adalah perkara gerak hati yang mendorong jiwa dan tubuh untuk
berbuat. Hati kecilku mengatakan bahwa saya harus menjalankan dengan baik apa
yang telah diamanahkan. Pikiran saya setuju dengan perkataan hati hingga
kemudian saya tergerak. Saya apresiasi diri saya sendiri karena telah mampu
menyelesaikan tanggung jawab tersebut meskipun dalam lingkup kecil, meskipun
saya tidak tahu pula bagaimana penilaian orang terhadap kinerja saya. saya siap
menerima kritik dan masukan.
Teruntuk siapapun kamu saat ini, yang tengah merasa jenuh dengan
aktivitas dan tanggung jawab di pundakmu. Teruntuk siapapun kamu yang saat ini
ingin melakukan yang terbaik terhadap apa yang dipercayakan kepada kamu. Teruntuk
siapapun kamu yang saat ini tengah berpikir dan kepikiran terus terhadap
apa-apa yang diberikan ke kamu, semangat ! kamu melakukan hal tersebut karena
dalam dirimu ada sisi tanggung jawab yang tidak bisa kamu sepelekan. Orang lain
mungkin tidak akan dan tidak mau tahu, tapi percayalah tuhan dan jiwa kita
senantiasa melihat. Lakukanlah demi kemaslahatan yang berlandaskan pada
keikhlasan. Insyaallah Tuhan akan membalas dan jiwa mu akan berterimakasih
kepada ragamu. Kamu akan bahagia. Selamat menikmati.
ditulis dengan kesadaran penuh oleh : @Nandia19_ ( beyond of you guys can follow my personal twitter and instagram) semata-mata hanya berharap agar tulisan yang tidak jelas juntrungnya ini sedikit banyak bisa memberikan sedikit motivasi untuk orang lain :)
Komentar
Posting Komentar