Al-Baqoroh 286 : Sepenggal Surat Cinta Untuk Hamba Yang Terluka
Pati,
Jum’at 1 Oktober 2021
Dibuka dengan Al-Kahfi
Al-Baqoroh
286 : Sepenggal Surat Cinta Untuk Hamba Yang Terluka
Bulan Oktober sudah resmi menyapa per jumat pagi ini. Dan per hari ini juga menjadi pertanda bahwa tahun 2021 yang kita jalani akan segera usai dalam kurun waktu tiga bulan. Betapa waktu yang singkat namun penuh liku. Di sepertiga akhir tahun ini mungkin sebagian dari kita akan disibukkan dengan pembukuan kantor, target kelulusan dan segala hal tentang keduniawian. Betapa waktu yang membiru untuk memenuhi dan melengkapi target yang telah tersusun di awal tahun.
Untuk
saya pribadi, tahun 2021 dibuka dengan kambuhnya penyakit ibu yang dirasa
semakin parah. Waktu berlalu secepat kilat. Rabu, 3 Februari 2021 ibu saya
sembuh dari segala kambuh. Beliau, dengan diiringi derai hujan yang seolah ikut
menangis melihat salah satu penduduk bumi tertidur dalam rentang masa usia. Ibu
saya terlelap dengan cantik nan anggun. Pucat namun tenang. Saya pribadi tidak
bisa menyaksikan bagaimana ibu saya perlahan tertidur dalam pangkuan
rahmat-Nya. Dan itu adalah penyesalan yang akan selalu saya tagisi kapan dan
dimanapun.
Menjalani
hari-hari yang memberatkan membuat air mata saya mengering. Peluh tak lagi bisa
menampung segala sedih. Kalau tahun 2020 saya menuliskan kepedihan kisah yang
berat, maka tahun ini saya ingin menuliskan kegelapan dunia yang bertandang.
Sampai saat tulisan ini dibuat, saya masih merasakan nyeri hati mengetahui fakta
ibu saya sudah tidak lagi singgah. Saya menangis dan menutup diri. Menjahit
segala luka seorang diri. Menyepi dalam gerlap ramai dunia. Saya merasa bahwa
saya tak bisa lagi melangkah kala salah satu sayap pelindungku telah patah.
Kemudian,
dimasa sulit itu saya teringat bahwa :
“laa
yukallifullohu nafsan illa wus’aha”
Bahwa
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.
Penggalan
ayat dalam surah Al-Baqoroh tersebut menentramkan lemah jiwa saya. Bahwa
apa-apa yang telah digariskan kepada saya merupakan suatu anugerah kekuatan
yang hanya saya yang bisa menjalaninya. Melalui ayat tersebut, seolah-olah
Allah ingin menepuk pundak saya sembari berkata : Tidak apa-apa, Saya tahu ini
berat. Tetapi, Saya juga tahu bahwa seberapapun berat duka menimpa, kamu
sanggup melaluinya. Kamu adalah hamba terpilih”
Setiap
dari kita pasti memiliki segenap kisah yang berliku. Hari-hari yang terasa
berat. Waktu yang singkat. Kehilangan dan segala sesuatu kelam menyertai. Saya sepenuhnya yakin bahwa tahun ini banyak berita duka yang
tersimpan. Bulan-bulan yang terlewati terasa nyilu dan menyayat. Di lingkungan
tempat saya tinggal dan bekerja, ada banyak berita kematian yang tersiar
sepanjang bulan berjalan. Dan di grup-grup whatsapp yang saya tergabung
didalamnya juga banyak tersiar kabar kepergian orang-orang terdekat dari
anggota grup. Saya merasakan betapa kalut dan sedihnya mereka yang harus
merelakan.
Pada
titik waktu, kehilangan yang kita rasakan secepatnya pula harus kita rayakan. Hidup
harus tetap berlanjut dan trauma akan kepergian menyertai setiap denting waktu.
Saya sepenuhnya memahami perasaan-perasaan seperti itu. Namun, ingatlah bahwa
Allah mengetahui, maka Dia menguji. Bahwa Allah tidak akan membebani melainkan
atas kemampuan kita itu benar adanya. Seberat apapun masalah yang terjadi dalam
hidup kita, ketika kita masih bisa berdiri tegak meski tertatih maka itulah
arti kekuatan yang sesungguhnya.
Teruntuk
siapapun kamu yang tengah merayakan kehilangan ataupun baru tahap berdamai.
Izinkan tulisan ini memelukmu dalam remang. Berilah waktu dirimu sendiri untuk
menghela. Tetaplah menangis jika itu mampu menenangkan. Dan untuk kamu yang
saat ini tengah berjuang membersamai nasib, izinkan juga tulisan ini menitipkan
salam kepada kamu. Tetaplah semangat meski langit menampilkan keangkuhan.
Tetaplah berjalan meski hujan menunjukkan kegagahannya. Kamu bisa melalui
setiap lembar kisah hidup kamu dengan gagah dan berani. Kamu bisa untuk berlari
dan mengejar. Dan kamu bisa melalui apapun yang saat ini digariskan. karena
kata Allah, kamu sanggup untuk menjalaninya 😊
Salam
hangat, dari saya. Puteri yang ditinggal separuh dunianya 😊
Terima kasih Nandia sudah berbagi kisah. Betapa aku hingga detik ini tengah menagih janji Allah. Allah bilang Dia tidak akan membebani hambaNya di luar batas kemampuannya. Maka aku terus bertahan diatas lara yang tak pernah tersampaikan kepada siapapun. Aku yakin, Dia tidak akan mengingkari janjiNya. Maka bertahan dan berjuang adalah pilihanku saat ini. Semangat untuk kita semua.
BalasHapusLuar biasa 👍
BalasHapusOje geter
BalasHapus