ADA APA DENGAN LELAKI BERJENGGOT, BAPAK ?

                                                            Gambar Source : Google



ADA APA DENGAN PRIA BERJENGGOT, BAPAK ?
                        Sudah sejak tiga minggu yang lalu saya magang atau Pelatihan kerja Lapangan di Kantor Gubernur Jawa Tengah. Perjalanan tiga minggu itu membawa banyak suka dan duka sekaligus, diselengi berbagai cerita yang membuat saya kadang merasa ternganga, juga haru tersipu. Adalah hari ini, Kamis 18 Juli 2019. Siang tadi sekitar pukul 14.00 seorang bapak yang berasal dari salah satu kabupaten yang ada Pantura mendatangi kantor gubernur, kantor bagian saya magang. Seorang bapak yag berprofesi sebagai guru disalah satu sekolah yang ada di daerahnya tengah melakukan finalisaasi proposal yang hendak dicairkan. Ketika proses pemberkasan, tiba-tiba bapak tadi berujar kepada salah satu pegawai yang kebetulan ada disamping saya. “pak kok diruangan samping ada yang berjenggot” ujar bapaknya, seketika tanpa dikomando saya langsung berujar “hah” lumayan keras. Pegawai yang ada disamping saya rupanya paham dengan kekagetanku. I mean aku kaget bukan karena berjenggotnya ya, tapi kenapa bapak menanyakan masalah jenggot-menjenggot sih pak ???? kenapa paakk ? kenapaaaa ? oke baik, saya masih syok ! “aman pak, masih bagian dari kita kok”  ujar pegawai kantor sembari tersenyum paham. “masak sih pak ? berjenggot-loh pak ?” bapak asal pantura ini masih ngotot akan kekhawatiran yang menurut saya absurd. “iya pak, disini aman, hehe. Pegawai menjawab masih dengan muka yang seolah berkata : berjenggot aja dipermasalahkan, hidihh !! masih belum berhenti kekagetan saya, bapak tadi melanjutkan narasinya dengan “ saya itu kalau ada lelaki berjenggot langsung memastikan celananya cingkrang apa enggak, kalau sudah berjenggot cingkrang lagi wahh sudah pasti ini” bapaknya berujar dengan raut muka yang serius. Sedang saya masih melongo aja gak paham dengan bapaknya.
            “kamu takut gak mbak sama laki-laki berjenggot ?” bapak bertanya kepada saya. sembari tersenyum manisss, manis sekali pemirsa saya menjawab “ mboten bapak” “sama laki-laki berjenggot gak takut?” bapak memastikan. Saya menggeleng mantap “tidak pak, apa yang perlu ditakuti ?” “ kamu berarti mau dong kalau suamimu nanti berjenggot?” ( pada bagian ini sumpah aku langsung membayangkan mukanya Zain Malik sama Reza Rahardian ya- berjenggot sama brewokan sama kan ? yaudah disamain aja deh L ) “ hehe~ hehe~ hehe~”Cuma itu yang bisa saya jawab.
            Dewasa ini memang kita seolah disuguhkan dengan kejadian-kejadian yang membuat ingin tertawa sekaligus pusing berkeliling. Narasi intoleransi, Islam radikal, Islam yang konservatif menjadi isu hangat yang banyak diperbincangkan. Ulama dan tokoh nasional merasa khawatir dengan isu-isu tersebut. Dan saya yang tidak paham apa-apa alias bego Cuma bisa membaca dan menonton. Salah satu dampak dari adanya ketiga masalah diatas adalah soal gaya berpakaian. Iya, memang celana cingkrang dan berjenggot bagi laki-laki serta cadar untuk perempuan diidentifikasikan sebagai suatu ciri dari islam radikal serta konservatif. Kita tidak bisa mengelak dari kenyataan ini.  kembali ke sunnah yang digelorakan bagi sebagian kalangan salah satunya terkait cara berpakaian membawa dampak paranoid bagi sebagian orang, dan ketidaknyamanan bagi sebagian yang lain.
            Kenapa saya katakan paranoid dan tidak nyaman ? iya karena bapak tadi merupakan contoh seseorang yang paranoid terkait hadirnya simbol-simbol berpakaian orang lain. Sebetulnya saya ataupun kita tidak bisa menyalahkan bapak penuh. Pola pikir serta kekhawatiran seorang yang setiap harinya disuguhkan dengan su-isu yang kadang membuat hati nurani menangis. Kita lihat saja bagaimana tersangka teroris wajahnya dipajang di media massa. Identitas mereka  identik dengan pria berjenggot dengan celana cingkrang maupun perempuan dengan baju gombrong lagi bercadar. Kejadian-kejadian seperti ini yang pada akhirnya membuat masyarakat kita terlampau takut ketika meilhat pria berjenggot juga perempuan bercadar, bisa-bisa mereka lari terbirit-birit ketika berdekatan dengan kedua jenis manusia ini. takut di bom !
            Bagian ketidakyamanannya adalah menyoal kebebasaan setiap individu untuk berekspresi melalui pakaian yang ia kenakan. Maksud saya, tidak setiap perempuan yang bercadar dia mengurung diri dan terlibat dalam organisasi yanag mengerikan. Mungin sebagian besar iya. Tetapi kalian juga harus tahu bahwa ada perempuan yang bercadar, berpakain gombrong berdasarkan kenyamanan saja ? mereka berpakain seperti itu karena memang mereka nyamannya begitu. Pilihan ini murni hadir pada mereka tanpa diembel-embeli hijrah, ataupun islam yang aneh-aneh. Begitupula kepada lelaki yang suka memakai celana cingkrang dan merasa lebih “tampan” ketika berjenggot. Permasalahan seperti ini pasti akan menyulitkan ruang gerak mereka-mereka yang sudah terbiasa berpenampilan sebagaimana yang disudutkan. Stigma negatif dan tuduhan akan melekat pada diri mereka.
            Pada akhirnya, masyarakat kita memang akan terbelah menjadi dua. Mereka yang bodoh amat dengan penampilan sesorang yang terpenting tidak membahayakan ataukah mereka yang kadung sudah khawatir dengan permasalahan negeri ini dengan melihat seseorang berdasarkan dengan pakaian yang dikenakan. Saya tidak bisa memilih berada dibagian mana sekarang, yang jelas saya biasa aja dengan pria berjenggot akan tetapi saya membenci teroris apapun alasannya. Saya biasa saja dengan perempuan bercadar. Ada satu adagium yang bertebaran di sosial media bahwa jangan melihat agama sesorang dari celana cingkrang ataupun cadar yang ia kenakan, karena sesungguhnya agama tak pernah bekerjasama dengan perusahaan tekstil.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mereka Yang Menghidupkan

Al-Baqoroh 286 : Sepenggal Surat Cinta Untuk Hamba Yang Terluka

Kamu Berhak untuk Menjadi Perempuan yang Kamu Inginkan!