Memeluk Gagal Dalam 848 Kata
* * * (1) Saya sudah terbiasa terjatuh dan menangis dalam menghadapi realita kehidupan. Saya terbiasa dengan kekecewaan dan segala kemungkinan yang hadir. Akan tetapi, jika itu menyangkut kegagalan dan ketidakberhasilan kenapa selalu ada jeda yang menyakitkan? Didalam hidup, saya selalu memasang standar tinggi untuk setiap hal yang saya lakukan. Saya berusaha menunjukkan dan mengupayakan segala hal baik yang bisa dilakukan. Sedari kecil jiwa kompetitif dan ambis seperti sudah menjadi bagian dari diri. Lebih tepatnya, perasaan untuk bisa bersaing itu muncul lantaran lingkungan yang tidak memberikan validasi . Akhirnya saya berusaha dengan keras agar diterima di lingkungan keluarga besar. Jika saya tidak bisa mengikuti standar presensi yang mereka ciptakan karena saya tidak cantik, maka saya menciptakan standar lain yang bisa bersanding dengan pemilik kecantikan. Pada tingkat sekolah dasar saya membuktikan hal tersebut. Saya berturut – turut berh...