Mereka Yang Menghidupkan

 MEREKA YANG MENGHIDUPKAN


 

Tuhan tak pernah salah dalam menuliskan takdir, dan manusia tak pernah lelah dalam memperjuangkan takdirnya

Nandia-2020


Tahun 2020 akan berakhir dalam hitungan hari. Separuh lebih perjalanan dua ribu dua puluh kita semua lalui dengan rasa harap-harap cemas, khawatir, ketakutan dan masih banyak hal lainnya. Bagi saya pribadi, 2020 seperti tahun yang memang tidak diciptakan untuk saya lalui. Banyak kesedihan yang saya alami ditahun ini. Kesedihan saya sampai kepada angan saya untuk tertidur sepanjang tahun kemudian membuka mata saat semua sudah berjalan dengan baik. Saat hatiku sudah bisa menerima segala kenyataan yang hadir dalam episode kehidupanku.


Hampir sepuluh bulan semenjak kasus pertama covid-19 mencuat di Indonesia, saya menjalankan anjuran pemerintah untuk tetap dirumah saja. Selama masa-masa at home ini tidak banyak yang saya kerjakan, akan tetapi ada satu hal yang akan saya bagikan kepada teman-teman semua. Saya tidak akan berbicara mengenai masalah pribadi saya, melainkan tentang satu kenyataan yang terlihat dilingkungan tempat tinggal saya. cerita-cerita tentang kehidupan dan perjuangan untuk mendapatkannya. Cerita tentang apapun yang saya lihat. Karena sejak sekolah, hanya ditahun inilah saya menghabiskan banyak waktu dirumah dan beradaptasi dengan lingkungan. Ketidakberadaan saya dirumah bahkan sampai membuat beberapa orang tidak mengenal saya, bahkan mengira saya masih duduk dibangku SMP. Untuk asalan terakhir, saya memakluminya. Entah karena wajah saya yang terlalu imut hingga membuat orang yang menatap amit-amit, atau karena memang tinggi badan saya limited edition (kalau tidak mau mengaku sebagai pendek).


Berkisah tentang orang-orang yang memperjuangkan hidup dan kehidupan dijalan yang paling sederhana. Cerita akan saya buka dengan kisah seorang perempuan yang hidup seorang diri bersama dengan putri semata wayangnya. Sang putri dari seorang perempuan tersebut kebetulan memiliki kekurangan secara fisik. Perempuan ini ditinggalkan oleh sang suami kala mengetahui bahwa anak yang dilahirkan tidak sempurna atau tidak seperti bayi pada umumnya. Sebagaimana nurani seorang ibu, perempuan paruh baya ini tetap membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Ia berjuang merawat anak seorang diri sembari setiap hari memulung rezeki dari berbagai arah yang bisa ia tempuh. Pahitnya kehidupan telah ia dan sang anak lalui hingga berpuluh tahun lamanya. Perempuan paruh baya tetap bekerja untuk menghidupi anaknya. Ia tetap bekerja diterik yang menyengat atau di dingin yang menusuk. Ia tetap bekerja tanpa mengenal rasa letih. Ia akan tetap bekerja menyusuri jalanan desa, melewati rindang hutan. Mengambil kayu dijalanan. Memungut rerumputan disemak-semak. Memegang kapak bersama pekerja pria di ladang tebu. Perempuan paruh baya ini tidak mengharapkan apapun dari sang anak melainkan kebersamaan. Tidak ada cita-cita yang terbesit dari perempuan paruh baya ini melainkan ia harus bisa membeli lauk dan beras untuk hari ini dan beberapa hari kedepan.


Perjuangan perempuan dengan berbagai liku banyak ditemukan disudut jalan desa nan teduh ini. Perempuan-perempuan ini berjuang untuk hidup dan menghidupkan. Seperti kisah seorang perempuan tua yang menggendong daun ketela guna dijual atau untuk makan hewan peliharaan. Seorang perempuan paruh baya yang mengayuh sepeda setiap kali fajar menyambut. Ada banyak perempuan yang mencari kehidupan dari jalan paling sederhana yang biasa ditempuh. Dibenak perempuan ini, tidak ada hal besar yang mereka inginkan, melainkan mereka bisa menambah uang jajan sang anak. Menabung uang barang seribu dua ribu guna membeli beras dilain hari. Dari jalanan desa yang redup ini, perjuangan untuk mempertahankan kehidupan dilalui dengan berbagai cara.


Dalam kisah yang lain, ada seorang lelaki sepuh yang merawat istri yang terbaring sakit. Lelaki sepuh ini seharusnya sudah berada diusia istrihat sembari menikmati pagi yang sejuk atau sore yang jernih dan malam yang damai. Akan tetapi kehidupan selalu berkata lain. Semenjak membangun rumah tangga berpuluh-puluh tahun yang lalu, lelaki sepuh ini harus berjuang berkali-kali lipat. Menguras peluh yang bersamudra. Dahulu kala, meskipun ia tak jua kaya tetapi sang istri masih bisa membantu menyumbang beberapa helai rupiah guna menghidupi anak-anaknya. Kurung waktu lima tahun terkahir lelaki sepuh ini harus memikul peran ganda. Sebagai tulang punggung keluarga sembari merawat istri yang terbaring  lemah. Lelaki sepuh ini harus tetap bekerja guna menyambung nafas.


Kala adzan subuh berkumandang, lelaki sepuh ini cepat-cepat bergegas menjalankan sepeda ringkih ke masjid dekat rumah untuk selanjutnya bergegas ke ladang milik tetangga desa, menjadi buruh tani. Siang hari, kala adzan dzuhur berkumandang, lelaki sepuh ini mengayuh sepedanya kembali untuk selanjutnya memasak untuk anaknya yang masih sekolah. Merawat istri mulai dari memandikan hingga menyuapi makan. Lelaki sepuh yang terlihat gurat keriput ini masih tegar menjalani kehidupannya. Ia masih bisa tertawa terbahak-bahak di sudut komplek bersama dengan lelaki yang lain. Ia masih bisa menjalankan sholat jum’at yang terik dengan sendal lusuh. Berjalan menuju arah Tuhan yang ia sendiri pun tak pernah tahu kapan ia akan diminta datang. Lelaki sepuh ini, masih bisa membantu tetangganya yang kesusahan, meski hidupnya sudah kadung lebih dari tertimpa tangga.


Saya tidak tahu persis bagaimana perasaan lelaki sepuh ini. Tetapi yang mungkin saya ketahui, keinginan lelaki sepuh ini sama dengan orang tua yang lain. Sama dengan para pejuang lainnya. Ia ingin berkehidupan meskipun tak pernah menginginkan lebih. Ia hanya ingin sekolah selalu digratiskan agar bebannya tidak terlalu berat. Ia hanya ingin anaknya mengenyam pendidikan pada batas yang diwajibkan pemerintah, syukur bisa lebih. Ia hanya ingin memeluk istri untuk sedikit meredakan perih. Kalau boleh berharap lebih, ia ingin langit mengahadirkan hujan rupiah. atau keinginan paling sederhanya adalah tuhan menghadirkan hujan sekali dalam dua minggu. Karena hujan berarti kehidupan di desa yang berselimut rindang ini. Bagi seorang buruh tani, ketika hujan mengguyur artinya jasa mereka akan dipakai para tuan tanah. Dan helai rupiah akan terkumpul.


Dilain cerita, ada seorang kakek yang tetap mengayuh sepeda mengantarkan cucu nya pergi kesekolah. Sang cucu telah ditinggalkan orang tuanya untuk alasan yang tidak bisa dimengerti. Sang cucu yang baru duduk dibangku pertama sekolah harus mengahadapi kehidupan yang berbeda dengan anak sebayanya. Sang kakek, setelah sedari pagi disibukkan dengan perisapan sekolah sang cucu, kemudian harus mengayuh sepeda ke hutan demi mencari makan untuk hewan asuhan. Sang kakek hanya tinggal seorang diri bersama sang cucu. Harap-harap cemas selalu menemani pikirannya. Bagaimana jika tuhan tetiba meminta ia untuk bertandang. Sementara, cucunya tidak ada yang merawat. Bagaimana nasib cucunya jika ia tak memiliki sepeser-pun rupiah.


Ada banyak cerita yang didapatkan dari setiap sudut jalan desa. Ada kepedihan dibalik asap pabrik yang mengepul, ada duka dibalik keindahan gunung yang menjulang. Memperjuangkan kehidupan dari berbagai jalan yang bisa mereka lalui. Tuhan memang tak pernah salah dalam menuliskan takdir. Manusia tak pernah letih dalam memperjuangkan takdirnya. Antara batas nasib dan harap selalu ada usaha dan doa yang dirapal setiap waktu. Bagaimanapun dunia memang selalu menujukkan sisi kehidupan yang berbeda. Ada bahagia yang berkepanjangan, sedih yang berlarut, atau campuran antara kesedihan dan kebahagiaan diwaktu yang berbeda. Apapun yang tuhan tuliskan, semoga kita tak pernah letih dalam berdoa, tak pernah lelah dalam berjuang dan tak pernah  lupa untuk bersyukur.

 

Kepadamu manusia-manusia yang berjuang dan memperjuangkan kehidupan, kutuliskan cerita ini. Semoga tuhan menghadirkan kebahagian dan keajaiban kepada kita. Selalu dan semoga.  Iringan doa senantiasa kupanjatkan untuk siapapun kamu  agar supaya dunia ini bisa sedikit lebih baik, lebih adil kepada para kerdil yang diasingkan oleh sistem.

Salam, dari saya seorang perempuan kecil yang memiliki keterbatasan namun ingin juga berjuang dari arah yang tak pernah  disangka. Dari arah yang ingin dilawan. Semoga bisa 😊

 

 


x

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al-Baqoroh 286 : Sepenggal Surat Cinta Untuk Hamba Yang Terluka

Kamu Berhak untuk Menjadi Perempuan yang Kamu Inginkan!